MENARA12 – Ilmu psikologi menuliskan bahwa setiap manusia adalah unik dan memiliki ciri khas masing-masing, maka jangan sampai Keunikan orang lain tersebut, mempengaruhi keunikan diri kita, mempengaruhi pribadi kita, mempengaruhi lisan dan tindakan kita, untuk berbuat buruk, menjustifikasi buruk kepada orang lain.
Kita harus memiliki local genius, Local Genius adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktunya kedua kebudayaan itu berhubungan, atau dalam bahasa mudahnya kita memiliki proteksi diri untuk memfilter setiap pengaruh dari luar, dan meyakini potensi/keunikan diri sesuai dg ayat Allah dan sabda RosululNya.
Kacamata positif kita, harus lebih besar dibandingkan kacamata negatif kita dalam melihat orang lain, entah berupa tindakannya, perangainya, wataknya, lisannya, dan lain- sebagainya.
Setiap manusia akan mengukir dan mencatat sejarahnya masing-masih, entah itu sejarah yg baik maupun sejarah yang buruk, itu semua bergantung pada tingkat pemahaman agama (ilmu) yang telah menancap padanya. Semakin tinggi ilmu maka akan semakin baik catatan sejarah yang is buat dan ia wariskan kepada umat yang akan datang.
Kita musti ingat, bahwa yang dikatakan Ilmu bukanlah pengetahuan yang dijadikan referensi untuk membantah, mengalahkan atau menjatuhkan orang lain dalam sebuah diskusi, namun ilmu adalah pengetahuan yang menancap dalam hati dan pikiran yang membentuk pola tindakan, sikap, tutur kata, perwatakan dan kepribadian setiap manusia.
Sebagaimana filosofi padi, bahwa Padi semakin berisi maka ia akan semakin menunduk, begitu juga dengan manusia, semakin ia memiliki banyak ilmu, maka harusnya ia akan semakin menghargai siapapun, baik sesama manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk-makhluk lain yang ada di sekelilingnya, karena ternyata selain manusia ada juga makhluk yang memiliki hak untuk hidup, bertasbih memuji Allah, bukan sekedar pelengkap bagi kehidupan manusia, sehingga diperlakukan seenaknya saja.
Maka pandanglah setiap manusia dengan kacamata positif, dan carilah hanya pada sisi kebaikan yang ada padanya, dan abaikan sisi keburukanya, agar kita mendapatkan banyak pelajaran-pelajaran kebaikan darinya, dalam artian pandanglah baik kepada siapapun orang-orang yang ada disekitar kita, meskipun dia adalah seorang penjahat, atau orang yang pernah menyakitkan hati.
Pandanglah negatif pada diri kita, meskipun misalnya kita adalah seorang berpendidikan tinggi, itu semua perlu kta lakukan, agar kita dijauhkan dari ujub dan sombong.
Jadilah yang terbaik dimata Allah, bukan dimata manusia, sebagaimana sahabat Uwais Al Qorni (manusia tidak terkenal di Bumi, namun terkenal dilangit).Bojonegoro
*) Penulis : M. Arif Susanto, M.Pd (Dosen STIT Muhammadiyah Bojonegoro)