MENARA12 – Pasca Kegiatan Pengajian dan Silaturahmi PD. ‘Aisyiyah Bojonegoro yang bertempat di Aula Ahmad Dahlan Perguruan Muhammadiyah Sumberrejo tanggal 16 September 2024. Komitmen PDA dukung Wahono-Nurul makin solid.
Ini dilakukan setelah PDA mendengarkan aspirasi warga ‘Aisyiyah sampai tingkat bawah dan juga mempertimbangkan arahan dari Pimpinan 13 PDM yaitu Ikhwanudin dan Sholihin Jamik, pada Pilkada serentak 2024 ini, PD ‘Aisyiyah menjatuhkan pilihan kepada sosok yang selama ini secara jelas memberikan support kepada Aisyiyah, utamanya pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Pemkab, terutama Bu Nurul Azizah, ucap Zuliyatin Lailiyah selalu ketua PDA Bojonegoro melalui pesan WA-nya.
Siang ini, Selasa 17 September 2024 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Bojonegoro kembali datangkan Wahono-Nurul kembali. Insya Allah acara dimulai pukul 13.30 bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah lantai 2 yang akan dihadiri oleh PC Aisyiyah Bojonegoro, Dander, Kapas, Trucuk, dan Kalitidu. Kisaran 300 peserta, tambahnya.
Dihubungi melalui WA salah satu pimpinan, M. Yazid Mar’i. Menurutnya Muhammadiyah tetap akan menjadi payung besar. Siapapun mereka yang jadi kedepan harus bersikap profesional dan proporsional. Muhammadiyah secara institusi adalah milik semua, milik bangsa, maka jangan dikotak-kotak.
Muhammadiyah harus taat Organisasi. Muhammadiyah tetap akan memperhatikan penyataan ketua PP Prof Haedar Nashir. Beliau mewanti-wanti menjelang Pilkada serentak 2024 PP Muhammadiyah, kepada Pimpinan Muhammadiyah baik Wilayah maupun propinsi untuk berhati-hati dalam. Memilih pimpinan (Gubernur/ Bupati/ Walikota) untuk tidak memilih pemimpin yang membangun populisme secara artificial semata. Melainkan pemimpin yang pro-rakyat yang dibuktikan melalui kebijakan yang mensejahterakan, memajukan, dan mencerdaskan rakyat.
Beliau menambahkan, rakyat jangan mudah terpikat dengan pemimpin “kembang gula”, yang menampilkan seakan-akan dia berpihak dan hidupnya senasib dengan rakyat, namun begitu kejam dan kebijakannya tidak berpihak ke rakyat.
Di era disrupsi informasi, sosok calon yang akan bertarung di Pilkada mendatang akan mudah disulap – citranya ditampilkan sederhana, berjibaku untuk rakyat sampai rela masuk ke saluran got atau pembuangan, demi menarik simpati rakyat, merengsek masuk di sela-sela organisasi besar Muhammadiyah yang kita cintai ini juga di lainnya.
Yazid menambahkan, sambil menyitir ungkapan Buya Syafii Ma’arif mengharap Muhammadiyah “tentu juga ortomnya” untuk tetap menjadi “Payung Besar” yang mampu menjadi penyejuk semua anak bangsa, menjadi ornamen musikal yang dinikmati semua, menjadi tambatan tauladan bagaimana seharusnya sosok pemimpin disetiap tingkatan propinsi/ kabupaten/ kota. Syukur juga menjadi peracik bumbu bagi menciptakan pemerintahan yang mampu bertindak profesional dan proporsional bagi seluruh anak bangsa di Bojonegoro.
Meminjam pernyataan Saad Ibrahim saat menjadi Pimpinan Wilayah Jawa Timur, sosok pimpinan haruslah pinter, bener, dan seser.
Pinter bagi seorang pemimpin adalah sebuah keharusan, agar ia mampu berfikir konstruktif, bertindak secara ilmiah, dan bukan karena suka atau tidak suka “sak enake udele dewe”. Benar, ia memiliki perilaku positif serta tidak memiliki catatan yang kelam (pribadi/ komunal) yang menurunkan martabat diri. Juga Seser “Ora kelemar-kelemer” artinya memiliki visi masa depan jelas, berjiwa maju progresif revolusioner serta tidak bergantung pada sosok manusia.
Pengalaman kepemimpinan Bojonegoro satu periode kemarin harusnya tetap menjadi i’tibar Muhammadiyah, agar payung besar tetap menyejukkan adanya.