MENARA12 – Merujuk Jadwal (Rabu, 24 November 2024) pemungutan suara “pilkada serentak” digelar. Kabupaten Bojonegoro menjadi bagian dari proses demokrasi ini untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati periode 2024-2029.
Pendaftaran pasangan calon dibuka oleh KPU mulai tanggal 27-29 Agustus 2024. Meski begitu baliho telah terpasang mewarnai jalan desa, jalan kabupaten, baik baliho yang mampang seorang diri ataupun yang telah berpasangan.
Relawan, tim sukses, dan ataupun namanya telah melakukan sosialisasi dengan berbagai pendekatan dan merasuk masuk dalam berbagai komunitas sosial, ekonomi, bahkan budaya.
Khusus pilkada Bojonegoro, aksi borong partai hampir semua menjadi satu suara dengan berbagai kepentingan yang bersifat top down nampak mengerucut ke satu pasangan calon Bupati- wakil Bupati ” Wahono-Nurul (Wan Nur)” yang meski masih menyimpan teka-teki. Ibarat pesta perkawinan, sebelum ada “janur melengkung” kemungkinan apapun bisa terjadi, mengikuti perkembangan konstelasi atas.
Bojonegoro memang bisa disebut daerah dengan karakter yang jauh berbeda dengan kabupaten tetangga Bojonegoro-Ngawi yang lebih bersifat terbuka dan mudah ditebak kemana arah angin akan bertiup. Hingga kekuatan kemenangan pilkada tak serta merta kemenangan partai, begitupun sebaliknya.
Dua karakter yang terbagi atas garis Bojonegoro ke barat dengan karakter Matraman dan Bojonegoro ke Timur mewarnai cara warga dan masyarakat dalam memilih pemimpin “patron dan rasional”, tak jarang bikin pusing para peneliti yang inten di bidang geo politik Bojonegoro ” yang juga diamini oleh seorang peneliti yang sedang menyelesaikan disertasi Doktornya yang sempat kami temui.
Bagi rakyat Bojonegoro apapun cara dan metode untuk meraih kemenangan di pilkada tidaklah sebegitu penting. Namun bagaimana hasil pilihan nanti dapat melakukan perubahan mendasar dan signifikan bagi kabupaten Bojonegoro untuk dapat keluar dari ranking kemiskinan yang disandang, dari rendahnya IPM, dari rendahnya pertumbuhan ekonomi, di atas APBD yang mencapai 8,2 Triliyun dengan serapan di semester satu ini baru mencapai 21℅.
Impian besar masyarakat Bojonegoro ke depan tentu bagaimana Bojonegoro muncul sosok pemimpin yang kreatif, inovatif, entrepreneurship, dan revolusioner, serta punya visi ke depan membangun Bojonegoro Masa Depan yang sejahtera dan berkeadilan inheren dengan kekayaan yang dimilikinya.
Pemimpin yang kolaboratif yang mampu menggerakkan potensi yang tersebar di Bojonegoro, hingga memiliki daya dorong melahirkan Kabupaten Bojonegoro dengan sentra-sentra industri yang nantinya mampu menopang industri minyak yang lebih terkesan hight industry melalui pemetaan daerah desa kabupaten, semuanya hidup saling menopang “desa penopang kota” atau jika boleh diistilahkan dengan “local basic development”.
Memimpikan bagaimana anak-anak Bojonegoro dapat merasakan pendidikan yang kompetitif dengan dunia luar, Perguruan Tinggi yang kompetitif yang diperolehnya dengan mudah dengan regulasi yang transparan- akuntabel, dan bukan sekedar “gula-gula” yang rasanya manis, meski pada akhirnya mematikan. Memimpikan bagaimana orang tua tidak terlalu ber berat-berat memikirkan berapa besar UKT yang harus dibayar setiap semester, biaya hidup, dan biaya “indekos” yang harus ia penuhi.
Memimpikan bagaimana Bojonegoro bergerak dengan industri wisata sejarah, alam, makanan, manufaktur, dan kreatif.
Memimpikan Bojonegoro memilki BIS (Bojonegoro International Stadium) seperti Jakarta, memiliki Perpustakaan Soeman H.S Pekanbaru, atau pusat seni semacam The Sidney Opera.
*) Penulis : M. Yazid Mar’ i (Wakil Ketua PDM Koordinator Majelis Dikdasmen dan PNF)