MENARA12 – Pertemuan perdana Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Pendidikan Non Formal berlangsung pada Jumat (12/5/2023) digelar di pendopo Keris Jl Cendekia Bojonegoro. Acara yang bertajuk silaturrahmi itu dihadiri lengkap seluruh pengurus dan anggota Majelis, juga tim ahli kurang lebih dihadiri 20 peserta. Hanya 1 orang yang absen karena sakit kata M. Yazid Mar’i wakil ketua yang membidangi Majelis tersebut, “semoga Allah segera memberikan kesembuhan,” tambahnya.
Mengawali silaturrahmi ia menyampaikan “Pendidikan Berkemajuan dan Berkeadaban” bagi lembaga-lembaga Muhammadiyah di Bojonegoro adalah mimpi besar yang harus sesegera mungkin diwujudkan. Dan tentunya diperlukan Planning (direncanakan) yang matang. Lalu (organizing) dimanage apa, mengapa, siapa, dimana, bagaimana (what, why, who, where, how), actuating (aksi) dan controlling (ada pengawasan, identifikasi, mapping, sampai, evaluasi) sehingga ditemukan potensi dan problem, hingga ditemukan “problem solution”. Semua tentu tetap pada hakekat tujuan pendidikan Muhammadiyah “membentuk manusia yang alim dalam ilmu agama berpandangan luas dengan memiliki pengetahuan umum, siap berjuang untuk muhammadiyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat,” Tuturnya.
Seluruh tim ahli juga menyampaikan pandangannya masing-masing. Yahya menyampaikan perlunya penumbuhan ruhiyah di pendidikan muhammadiyah terutama kepala sekolah, guru, dan staf educati adalah modal utama, jika ini rapuh rapuh lah semuanya. Berikutnya Ufar Ismail, ia menyampaikan pentingnya kekompakan para pemangku pendidikan terutama majelisnya.
Tim ahli yang lain Moh. Irfan mengatakan, bahwa salah satu indikator sekolah maju adalah punya murid. Saat ini banyak sekolah-sekolah Muhammadiyah yang kehabisan murid, persoalan salah satunya kurang adanya transparansi. Dzikrul Hakim menambahkan, untuk menjadikan sekolah unggul perlu kesungguhan, terutama dengan membangun mental guru.
Anggota Majelis pun tak ketinggalan memberikan masukan. Suwarto yang saat ini sebagai kepala sekolah unggul SMPN 2 Sugihwaras menyampaikan untuk menuju sekolah unggul harus punya warna dan dikuatkan. Subiyanto menyebut digitalisasi sekolah juga harus dtumbuhkembangkan. Disusul Ajun Pujang Anom, untuk menuju sekolah unggul harus memiliki keberanian mencoba dan berbeda. Disusul Khozin, Kepala SMPN Sumberrejo ini menyebut warna keislaman Muhammadiyah harus tampak, hingga warga Muhammadiyah tidak ragu menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Menutup silaturahmi, Ketua Majelis Dikdasmen dan Non Formal, menambahkan performent guru, sarana juga faktor yang dapat mendukung keunggulan sekolah, sehingga uang juga penting.
Sementara itu Choirul Anas menambahkan, kedepan untuk wilayah barat sesuai nomenklatur baru dikdasmen dan pendidikan non formal. Untuk wilayah barat yg belum ada sekolah memungkinkan untuk rintisan Lembaga Pelatihan dan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) ya bisa juga diartikan Taman Bacaan Muhammadiyah. Suprapto, sekretaris majelis turut memberikan komentar, Menanggapi belum dilantiknha majelis ini kok sudah jalan. Ia menjelaskan, pelantikan itu hanya formalitas. “Dan sejak terbitnya SK hakekatnya amanat sudah dipundak kita, ” Tutup Pak Prapto.
Sebagai closing statement, wakil ketua yang membidangi Majelis ini optimis bahwa perlunya pilot project sekolah unggul di cabang. Dan ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, sepanjang semuanya punya niatan kuat. “Semoga langkah ini menjadi jalan baru kemajuan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Bojonegoro kedepan, ” Tutupnya. (Red)