Lahir di Kampung Kauman Yogyakarta 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912, diinisiasi oleh Muhammad Darwis, yang kemudian dikenal dengan KH. Ahmad Dahlan.
Yang mendasari pemikiran pendiriannya adalah keprihatinan atas keadaan kehidupan keagamaan yang berada pada kejumudan, motivasi beliau tentu saja mengajak umat kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an dan Hadist.
Pada proses perkembangan ajaran Muhammadiyah yang akhirnya menyebar ke berbagai daerah dan mulai diterima oleh masyarakat luas, disepakatilah pendirian sebuah organisasi yang bernama Persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam sebuah momentum kunjungan delegasi Muhammadiyah didampingi staf USAID ke US National Security Council (NSC) pada Minggu 11 April 2006, salah satu tim ahli dari US NSC Prof. Jose Raymond yang juga seorang guru besar komunikasi dari Universitas John Hopkins di Baltimore, tiba-tiba menyampaikan pertanyaan di luar konteks, dia bertanya, “Apa yang terjadi dengan umat Islam dan Indonesia, seandainya Muhammadiyah tidak pernah didirikan?” Prof. Raymond sudah cukup akrab dengan Indonesia, karena beliau sebelumnya adalah Penasehat Ahli USAID untuk program kependudukan di Indonesia, beliau cukup paham kiprah Muhammadiyah dan Aisiyah dalam program KB/kependudukan. dr. Sudibyo Markus, M.B.A, HC salah satu delegasi Muhammadiyah terkejut dengan pertanyaan mengada-ada tersebut dan menjawab dengan spontan mengada-ada juga. “Very likely, sangat boleh jadi, Indonesia telah menjadi negara komunis, atau paling tidak negara sosialis. Atau sebaliknya, atau kita ini sudah menjadi “taliban-taliban” yang menenteng Ak-47 kemana-mana”. Jawaban mengada-ada tersebut rupanya cukup difahami oleh guru besar komunikasi tersebut. Sebagai seorang yang sering mewakili Muhammadiyah di berbagai forum internasional, dr. Sudibyo Markus, M.B.A, HC amat sering menghadapi pertanyaan-pertanyaan nakal dan bernada agak “over ekspektasi” terhadap Muhammadiyah seperti di atas. Walau kekaguman mereka ada dasarnya, mengingat Muhammadiyah yang mereka kenal dan fahami sebagai kekuatan modernis Islam, sebagai Islam moderat dan wasathiyyah atau jalan tengah, sebagai pembangun kelas menengah bangsa dan selalu konsisten dengan pola dan gerak dasarnya sebagai gerakan dakwah dan gerakan kemanusiaan.
Karena Muhammadiyah, bangsa Indonesia bisa membangun kelas menengah bangsanya melalui pendidikan. Tidak hanya mereka yang beragama Islam, tapi mereka yang non muslimpun mendapat manfaat dari pendidikan Muhammadiyah, yang tersebar sejak Taman Kanak-Kanak, pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi.
(dr. Sudibyo Markus, M.B.A, HC Dewan Pakar Lembaga Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah 2022-2027 dalam bukunya dengan judul “Jejak Diplomat Kemanusiaan Muhammadiyah-Membangun Kemanusiaan Muhammadiyah Universal-Kerjasama Internasional, Hubungan Antar Agama, Kemanusiaan” cetakan pertama febuari 2023.
Embrio terbentuknya Muhammadiyah Kabupaten Bojonegoro dimulai di era 1952-an, dengan figur seorang ustadz yang bernama Bukhori, bersama seorang teman yaitu Ustadz Mashudi. Ustadz Bukhori merupakan murid Kyai Ahmad Dahlan yang berasal dari Yogyakarta, seperti yang diajarkan oleh Kyai Ahmad Dahlan untuk menegakkan agama dengan prinsip tidak melenceng dari syariat. Ustadz Bukhori berdakwah jauh sebelum Muhammadiyah Bojonegoro berdiri, dimulai dari Desa Drajat, Kecamatan Baureno hingga pindah ke Kecamatan Kanor, “Para murid Kyai Dahlan diajarkan untuk li i’lai kalimatillah, menegakkan ajaran Rosulullooh yang rata-rata telah terjadi penyimpangan utamanya di pedesaan pada waktu itu.”
Jika dirunut dari era 1952-an hingga saat ini, perkembangan Muhammadiyah Bojonegoro sudah memasuki usia 70 tahun, usia yang sudah sepuh jika dikomparasikan dengan usia biologis manusia, usia 70 tahun adalah usia yang telah melewati pahit getir dan asam manis kehidupan, usia yang tidak lagi mengejar popularitas tapi masa memanen dan menanam bibit terpilih demi kelanjutan eksistensi.
Organisasi Muhammadiyah juga memantapkan sebagai gerakan masyarakat sipil, bukan sekedar organisasi yang memprioritaskan tertib organisasi di atas kertas tapi lebih dari itu, disamping selama perjalanan organisasi telah memantapkan basis organisasi pada gerakan amal usaha sebagai penyangga utamanya dimana tadinya lebih fokus pada kegiatan mengurus amal usahanya yang telah tersebar di seantero nusantara, hingga akhirnya sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta tahun 2010, untuk mendukung penguatan komunitas basis organisasi yang menjadi dasar dari gerakan masyarakat sipil Muhammadiyah, PP Muhammadiyah membentuk Majelis Pemberdayaan Cabang dan Ranting yang bertanggung jawab untuk mengkonsolidasikan organisasi dan komunitas basis Muhammadiyah di tingkat kecamatan dan desa karena basis organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan masyarakat sipil memang di komunitas basis, yaitu di cabang dan ranting yang sekaligus merupakan basis bagi pembinaan anggota dan basis bagi pengambilan keputusan untuk aksi oleh warga.
Sungguh kabar yang sangat melegakan jika tadinya kita berpikir bahwa setiap organisasi atau persyarikatan hanya berlaku sesuai zonasi ideologis, tapi kini tidak ada lagi istilah pengabdian organisasi hanya diperuntukkan bagi yang berideologi sama, seperti halnya kiprah dan sumbangsih organisasi Muhammadiyah di Bumi Angling Dharma ini, sudah tidak dipungkiri lagi begitu nyata peran dan kontribusi Muhammadiyah, disamping sebagai salah satu penyumbang kader potensial sekaligus berkualitas dan rasanya tidak lengkap jika membicarakan Bojonegoro tanpa membicarakan Muhammadiyah.
Bupati Bojonegoro Anna Muawanah dalam sambutannya pada pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) ke-10 Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro di Aula At Taqwa Bojonegoro, Ahad 12 Maret 2023 menyampaikan jika momentum musda sangat penting dan strategis untuk memaksimalkan program kerja organisasi agar berjalan lebih baik dan mampu bersaing dengan organisasi lain, musda juga diharapkan menghasilkan komitmen untuk memaksimalkan kualitas serta eksistensi Muhammadiyah sehingga semakin berperan sebagai salah satu elemen kekuatan pembangunan di Bojonegoro, bupati juga berharap musda menjadi sarana evaluasi guna mewujudkan struktur organisasi yang kuat dan sehat, membangun hubungan yang baik dan harmonis antar sesama organisasi. Dan forum musda juga diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pengurus dan anggota organisasi khususnya dan bagi pemerintah daerah umumnya.
Dan alhamdulillaah, kita ucapkan selamat dan sukses pelaksanaan Musyda ke-10 PD Muhammadiyah Bojonegoro dan selamat juga atas terpilihnya kembali Ustadz Drs. H. Soewito, M.Si sebagai Ketua PD Muhammadiyah Bojonegoro periode 2022-2027 melalui musyawarah rapat formatur dengan Panitia Pemilih (Panlih) Musyda ke-X PDM Bojonenegoro, dengan perolehan suara sejumlah 427.
Sekali lagi selamat kepada Kanda Ustadz Drs. H. Soewito, M.Si atas amanah kedua kalinya, semoga kanda selalu dalam lindungan dan beroleh keberkahan dari Allaah, memperjalankan organisasi dengan penuh dedikasi dan prestasi, kami atas nama Koordinator Presidium MD KAHMI Bojonegoro beserta seluruh jajaran presidium dan pengurus MD KAHMI Bojonegoro ikut berbangga dan tersanjung karena kanda adalah juga kebanggaan kami sebagai bagian dari alumni HMI/MD KAHMI Bojonegoro, kami semua akan selalu mendoakan dan mensuport kanda dan tentunya kami berharap nantinya kita bisa mensinergikan potensi dan peluang antara PD Muhammadiyah Bojonegoro dengan MD KAHMI Bojonegoro, aamiin.
Selamat memulai dan meneruskan pengabdian, semoga segenap jajaran PD Muhammadiyah Bojonegoro bersama jajaran pengurus baru nantinya bisa segera bekerja dan memberikan darma bakti terbaik untuk agama dan negara, aamiin
Wallohulmuwaffiq ila aqwamithoriq
Wassalamu’alaikum wr wb
Jakarta, Senin 13 Maret 2023
*)Tulisan ini dipersembahkan dalam rangka ikut bersyukur dan bergembira atas terselenggaranya dengan sukses Musyda ke-10 PD Muhammadiyah Bojonegoro, dan terpilihnya kembali Kanda Ustadz. Drs. H. Soewito, M.Si sebagai ketua PD Muhammadiyah Bojonegoro periode 2022-2027