Sabarlah sampai jarak ini
menjelma ruang
tempat kita masih bisa leluasa
menebak makna tanda
MENARA12 – Ada, setidak-tidaknya, tiga kata kunci dari potongan sajak yang ditujukan Sarwono kepada Pingkan, dua tokoh fiktif dalam trilogi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, yaitu: Jarak, ruang, dan makna tanda. Ketiganya berada dalam garis paralel yang saling berhubungan.
Persoalan jarak ini menjadi nestapa juga bahagia bagi para pencinta. Tiadanya jarak dalam pertemuan fisik adalah tetesan kesegaran, sebaliknya rentangan jarak adalah siksaan. Sebuah ruang yang tercipta akibat jarak yang terbentang
menjadi sebuah ruang menjadi sesuatu pengalaman mendebarkan dan menakutkan. Pertemuan dan perpisahan sesungguhnya adalah makna yang tercipta sebagai sebuah tafsir atas kenyataan jarak yang ada. Rindu adalah wujud perasaan yang timbul akibat loop-hole yang tercipta sebagai hadirnya jarak. Dan rindu sengaja harus ada sebagai penegasan akan makna mencintai. Mencintai adalah merelakan rindu selalu menderu setelah jarak menjadi pemicu sewaktu-waktu.
Mirip dengan peristiwa Big Bang atau ledakan besar. Bermula dari singularitas titik kecil tanpa jarak, lalu ledakan besar terjadi memungkinkan terciptanya materi-materi. Materi-materi yang ada terus bergerak atau mengembang, lantas muncul ruang alam semesta, galaksi, tata surya, bumi beserta keseluruhan isinya.
Manusia sebagai penghuni bumi memiliki keistimewaan untuk mengkaji terus-menerus nama, makna, dan tanda-tanda di alam semesta ini. Alam semesta kita hingga hari ini terus mengembang dan menciptakan jarak berserta ruang. Tentu ruang manusia mengkaji makna juga terus berkembang.
Hadirnya negara merdeka yang hari ini kita nikmati juga bagian dari tafsir para pejuang-perintis kemerdekaan tentang jarak. Sekolah berkontribusi besar dalam membentangkan jarak antara idealita dan realita; antara keadilan dan penindasan; antara kemiskinan dan kemakmuran; antara kemajuan dan ketertinggalan. Kesadaran akan jarak menganga itu menjadi pemicu ledakan besar gelombang perlawanan dan perjuangan kemerdekaan di dekade awal abad 20. Kemerdekaan dan
hadirnya negara merdeka adalah proses melipat jarak untuk memperjuangkan idealita, keadilan, kemakmuran, dan kemajuan.
Negara merdeka adalah ruang yang memampukan setiap kepala untuk berinisiatif dalam menentukan masa depan sendiri. Ruang dalam bentuk negara merdeka adalah unsur kebolehjadian yang menjadi dasar penting bagi upaya setiap manusia memaknai kejadian, masa depan, dan menyongsong zaman menjelang. Tanpa adanya kemerdekaan, jarak antara cita-cita dan kenyataan selalu menyisakan ruang hampa. Merdeka adalah syarat untuk aksi untuk terus memberi kontribusi.
Dengan demikian, menjadi warga dari negara yang merdeka berarti memiliki ruang untuk terus menafsir kejadian
dengan makna baru. Merdeka adalah kondisi mula untuk memberikan seluruh perbuatan dan tindakan. Merdeka adalah terus-menerus memberi makna dalam bentuk mencintai, mengkaji, dan memberi kontribusi. Merdeka terjadi karena kebolehjadian ruang yang terbuka untuk memperjuangkan idealita agar tak berjarak dengan realita.
Merdeka adalah tentang cinta, ilmu, dan kontribusi. Aku, kamu, kita semua.
*) Penulis : A. Syauqi Fuady (Dosen STIT Muhammadiyah Bojonegoro & Anggota Majelis Pustaka, Informatik & Digitalisasi PDM Bojonegoro)