MENARA12 – Rubrik Halte di harian Jawa Pos, Sabtu 22 Juli 2023, memuat tulisan dari Anton Kurnia berjudul “Kundera Melawan Lupa”. Paragraf awal tulisan itu mengutip kalimat terkenal dari salah satu novel karya Milan Kundera, “Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa.” Mengingat dan melupakan, bukan sekadar proses manusiawi, tetapi juga proses sejarah dan politik.
Salah satu cara terkait dengan mengingat dan melupakan adalah tentang tulisan. Tulisan dapat digunakan untuk mengungat, juga dapat dijadikan senjata untuk melupakan. Penulisan sejarah menjadi medium untuk mengingat orang atau peristiwa, dan sebaliknya menjadi medium tidak menuliskan catatan seseorang dan peristiwa untuk dilupakan dan disingkirkan. Tulisan menjadi medium untuk membentuk ingatan, baik individu juga kolektif.
Bertepatan dengan diterbitkannya tulisan Anton Kurnia, Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro menyelenggarakan acara Pelatihan Kepenulisan dan Konten Media Sosial. Acara ini diperuntukkan bagi pimpinan harian, ketua, dan sekretaris majelis dan lembaga di lingkup PDM Bojonegoro. “Prof Haedar Nashir seringkali mengingatkan bahwa kegiatan Muhammadiyah banyak, tetapi tidak secara aktif dipublikasikan,” kata Ketua MPID PDM Bojonegoro, Budiono, M.Kom.
Giat penulisan aktivitas dan syiar Muhammadiyah merupakan salah satu langkah untuk menyemarakkan dakwah di era digital, internet, dan media sosial. Semarak dakwah digital menjadi upaya, tidak hanya untuk menunjukkan eksistensi organisasi, tetapi juga memperjuangkan esensi atau nilai. “Muhammadiyah ini gerakan dakwah Islam berkemajuan. Ciri utamanya adalah nilai tauhid yang lurus. Maka nilai ini harus senantiasa diingat,” pesan Ketua PDM Bojonegoro, Drs. H. Suwito, M.Si., saat membuka acara.
Menulis adalah kerja peradaban dan keabadian. Batas usia biologis dapat diatasi dengan menulis. Menulis mampu mengatasi perangkap umur yang memiliki batas. Menulis dan mempublikasikan adalah buah budi manusia untuk menunda-nunda kepunahan. Tulisan dapat digunakan terus-menerus untuk menyemai pikiran kolektif antargenerasi, sehingga mampu melintas zaman serta mengatasi ruang.
Pikiran dan ingatan kolektif antargenerasi, dalam perspektif organisasi, sangat penting. Catatan kejayaan maupun kemunduran akan menjadi sumber mata air kearifan sekaligus cermin bagi generasi yang datang kemudian. Organisasi dapat mencapai kejayaan setinggi apa pun, namun jika tidak dituliskan, maka ingatan kolektif akan pudar dan perlahan hilang. Begitupun catatan kemunduran, jika tanpa dituliskan tidak akan mampu menjadi pelita saat berada di dalam labirin permasalahan tanpa kejelasan.
“Salah satu sifat penting yang harus selalu duingat dalam menulis catatan atau berita adalah jujur. Jujur artinya menulis sebagaimana adanya sesuai fakta,” pesan Sujatmiko, S.Sos. yang bertindak sebagai pemateri pelatihan. Jujur artinya, tidak sebatas menulis untuk menjadi ramai saja, tetapi juga menunjukkan kebenaran sebagaimana adanya. Poin ini tentu harus dipegang sebagai prinsip dalam dakwah penulisan dan publikasi.
Dengan prinsip ini, maka tulisan akan menjadi cara merawat ingatan dengan asupan informasi yang benar. Sebagaimana makanan yang baik dan bergizi akan bermanfaat bagi tubuh, informasi dan tulisan yang baik, benar, dan jujur adalah santapan akal dan jiwa yang mewah dan berguna.
*) Penulis : A. Syauqi Fuady (Dosen STIT Muhammadiyah Bojonegoro dan Anggota Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Bojonegoro)