MENARA12 – Kinjiro Ninomiya adalah anak desa yang miskin, ketika ia berusia 14 tahun Ayahnya meninggal dunia yang disusul Ibunya dua tahun kemudian. Untuk bertahan hidup, setiap pagi buta, Kinjiro Ninomiya selalu berjalan mendaki gunung untuk mencari kayu bakar. Malam hari ia gunakan untuk menganyam selipar (sejenis jerami padi).
Kehidupan ‘keras’ yang dijalani Kinjiro tidak mematahkan semangatnya untuk terus belajar; sambil bekerja dia tidak pernah berhenti untuk membaca. Semangat seperti itulah yang menghantarkan Kinjiro menjadi pemimpin Jepang terkemuka abad ke-19.
Kegigihan Kinjiro Ninomiya ini kemudian menjadi inspirasi masyarakat Jepang untuk gigih dan bekerja keras dalam menuntut ilmu. Tak heran jika di setiap sekolah, Pemerintah Jepang mendirikan patung Kinjiro dengan menggendong kayu bakar di punggungnya serta sebuah buku di kedua tangannya.
Tarikh Islam juga mencatat kegigihan ‘Umar ibn Khotthob dalam mencari ilmu. ‘Umar berasal dari keluarga sederhana, setiap hari ia harus menggembalakan kambing dan onta di padang Oase. Kondisi demikian itu tak lantas menjadikan ‘Umar lalai menuntut ilmu. ‘Umar terkenal sebagai sosok yang gigih dan pantang menyerah. Hasilnya, sejarah mencatat ‘Umar sebagai seorang terpelajar yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Padahal pada saat itu, di Makkah hanya ada 17 orang Quraisy yang memiliki kemampuan membaca dan menulis.
Keimanan, kekayaan, masa depan cemerlang, kedudukan terhormat, kemuliaan dunia dan akhirat akan tercapai jika mampu memiliki dan menguasai ilmu. Suatu negara atau peradaban bangsa hanya akan maju jika dibangun di atas pondasi ilmu yang kokoh. Selain dari itu semua, seperti janji Allah swt dalam KalamNya, bahwa hanya dengan ilmu, kita akan mampu menembus dan memahami apa yang ada di penjuru langit dan bumi.
Ilmu adalah hak milik seluruh umat manusia; tak peduli dia kaya atau miskin, ganteng atau buruk rupa, orang desa atau kota, “darah biru” atau darah merah. Kisah Kinjiro Ninomiya dan ‘Umar ibn Khotthob di atas memberi pelajaran bahwa ilmu dapat diperoleh dengan kerja keras dan harus dicari (didatangi). Mustahil akan memperoleh ilmu tanpa disertai kerja keras, adalah lelucon jika orang hanya menunggu didatangi ilmu tanpa usaha untuk mencarinya. Yang juga tidak boleh terlupa adalah do’a. Semua ilmu asalnya adalah dari Allah Swt, do’a adalah kunci pembuka agar Allah Swt melimpahkan ilmuNya kepada kita, manusia; makhluk-Nya yang istimewa nan utama.
*) Penulis : A. Syauqi Fuady (Anggota MPID PDM Bojonegoro & Dosen STIT Muhammadiyah Bojonegoro)