MENARA12 -Organisasi sosial, apa pun bentuk dan tingkatannya, berada di ujung usianya jika menunjukkan sikap kemewah-mewahan (rebutan kue ekonomi) dan saling sikut merebut dan mempertahankan kekuasaan. Sebaliknya, napas organisasi tetap panjang saat aktivitas keilmuan hidup dan dihidupkan. Mendaras dan mengkaji ilmu adalah cahaya yang menghidupkan. Begitu salah satu kesimpulan yang diutarakan oleh Ibnu Khaldun tentang jatuh bangunnya peradaban dan kebudayaan.
Budaya ilmu adalah kunci. Meretas, menjalankan, dan istiqamah dengan upaya mengkaji ilmu merupakan aktivitas yang saat ini perlahan-lahan dilupakan. Membudayakan ilmu sebagai sebuah.
Kebutuhan dalam kehidupan sosial tentu bukanlah perkara mudah. Menjadikan aktivitas keilmuan sebagai elan aktivisme sudah pasti akan berhadapan dengan cibiran elitis. Mengarusutamakan gerakan keilmuan akan berhadapan dengan kedangkalan berkaitan dengan jumlah massa dan unjuk kekuatan.
Ketika sebuah gerakan mahasiswa, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bojonegoro menjadikan kajian keilmuan sebagai agenda pekanan, maka itu harus didukung dan diberikan apresiasi dengan layak. Tidak mudah untuk memulai dan tidak mudah lagi nanti untuk istikamah. Namun dengan kegiatan itu, setidak-tidaknya, elan vital dan napas organisasi tetap akan melaju.
“Salah satu kritik yang ditujukan kepada gerakan mahasiswa beberapa dekade terakhir adalah gempitanya aktivisme namun keringnya intelektualisme. Gejala strukturalisme dalam wajah kekuasaan politik lebih ramai dibanding geliat kulturalisme dalam penyemaian gagasan. Kulturalisme-intelektualisme dalam suburnya ide dan gagasan adalah sumber kearifan, kebijakan, dan keterbukaan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi,” ujar pembicara dalam kajian pekanan PC IMM Bojonegoro, Jumat, 11 Agustus 2023. Kajian pekanan ini berlangsung di Sekretariat PC IMM Bojonegoro Jl Gajah Mada, Bojonegoro.
Dalam kajian sore itu dikaji pula salah satu wasiat KH Ahmad Dahlan dalam Tali Pengikat Hjdup. Kiai Dahlan merupakan sosok yang begitu menekankan tebtang pentingnya memiliki akal dan pikiran yang baik. Akal dan pikiran yang baik adalah salah satu aspek untuk menjadi manusia yang baik.
Karena akal dan pikiran yang baik akan menjadi pelita untuk menunjukkan kebenaran. Untuk mendapatkan akal dan pikiran yang baik, layaknya tubuh, akal dan pikiran perlu mendapatkan konsumsi gizi yang baik berupa ilmu. Tanpa asupan gizi berupa ilmu, maka akal dan pikiran tidak optimal kerja dan fungsinya.
“Tentu langkah ini baru awal. Tetapi harus terus diupayakan. Berapa pun peserta yang datang setiap kajian pekanan, jangan loyo. Tetap lakukan dan perjuangkan. Nanti kegiatan rutin ini perlu dibuat bervariasi. Bisa kajian klasikal, diskusi buku, dan tidak kalah penting adalah berlatih menulis. Menulis berarti merapikan apa yang ada di dalam pikiran,” dorong pembicara kepada para mahasiswa yang datang di kajian.